admin 23 Agustus 2023
Bencana Banjir
Proses Penanganan Selama dan Sesudah Bencana
Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Pacific Ring of Fire. Kondisi ini memberikan berkah kesuburan tanah, keberagaman vegetasi dan melimpahnya bahan tambang atau mineral, namun secara alamiah harus siap sedia menerima bencana alam seperti gunung meletus, gempa bumi, banjir, tsunami, likuifaksi, ataupun tanah longsor. Pemerintah telah berusaha membuat lembaga-lembaga terkait kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana alam dari pusat hingga daerah. Lembaga tersebut antara lain BASARNAS dan BNPB hingga BPBD di level daerah. Serangkaian standard operation procedure (SOP) telah banyak dikeluarkan oleh lembaga-lembaga tersebut, namun belum ada lembaga-lembaga, maupun kementrian/lembaga terkait lainya yang mengeluarkan SOP terkait penanganan ternak (kecil/besar; hidup/mati) pada saat terjadi bencana alam.
Prinsip Umum Penanganan Ternak dalam Kondisi Bencana
Sebagaimana diketahui, ternak memiliki fungsi khusus bagi masyarakat, terutama petani. Tanpa adanya campur tangan manusia, kehidupan ternak tidak dapat berlangsung. Seluruh faktor produksi untuk ternak, seperti pakan, air, perkawinan dan Kesehatan, semua disediakan oleh peternak.
Dalam kondisi demikian, posisi ternak menjadi hal yang paling rawan keberlangsungannya ketika kondisi bencana terjadi. Jelas, rantai logistik seperti pakan, akan terputus sementara waktu ketika terjadi bencana. Hal ini menjadi alasan utama perlunya penanganan ternak secara menyeluruh baik kondisi bencana maupun tidak. Pada intinya, penanganan ternak selama bencana dan atau sesudahnya adalah mempertahankan populasi untuk mencegah hilangnya aset ekonomi peternak, sekaligus sumber daya genetik.
Prinsip umum selanjutnya adalah ada tidaknya panduan di negara atau tempat kejadian bencana berlangsung. Hal ini menjadi salah satu landasan gerak untuk penanganan ternak baik dari proses pencegahan, evakuasi, perawatan dan pengembalian ke tempat asal serta keberlanjutannya dalam sistem produksi ternak. Dalam hal belum ada panduan secara khusus, maka prinsip yang ada didalam buku LEGS dapat digunakan sebagai panduan, tentu saja disesuaikan dengan wilayah yang ada. Selain itu menangani ternak selama bencana, juga harus memperhatikan prinsip kesejahteraan hewan (5F), yaitu:
Meskipun demikian, pelaksanaan prinsip kesejahteraan hewan tersebut, harus mempertimbangkan situasi dan kondisi yang ada.
Untuk bencana yang cepat munculnya, semisal gunung meletus, tanah longsor, banjir, gempa bumi dan lainnya, maka diperlukan upaya yang simultan dan cepat untuk dapat menangani dan mengevakuasi ternak yang masih hidup maupun yang mati. Perlu diingat bangkai ternak bisa menjadi masalah kemudian yang berhubungan dengan faktor penyakit yang dapat menganggu kesehatan manusia. Kemudian untuk bencana yang sifatnya komplek, seperti terjadinya perang, konflik, perubahan kondisi politik, keterbatasan infrastuktur dan lainya perlu dipecahkan dalam jangka panjang. Satu hal yang penting dari tipe bencana ini adalah bagaimana rantai logistik penyediaan pakan terutama, dan akses pasar terhadap faktor produski dan produk dapat dipertahankan sebaik mungkin.