Ir. Dameria, MP   22 Februari 2021

KAJIAN DAN RENCANA PENGEMBANGAN TERNAK SAPI PADA UPTD TERNAK RUMINANSIA AIR RUNDING KABUPATEN PASAMAN BARAT


Pendahuluan

 

Sampai saat ini, pemenuhan kebutuhan akan protein hewani khususnya daging masih belum dapat mengimbangi permintaan dalam negeri sehingga masih diperlukan impor dalam jumlah yang cukup besar. Produksi daging sapi di dalam negeri 2019 ditetapkan sebesar 429.412 ton,  Sementara kebutuhan daging nasional pada 2019 sesuai kajian Badan Pusat Statistik (BPS) disepakati sebanyak 2,56 per kilo gram (kg) per kapita per tahun. Dengan jumlah penduduk tahun 2019 sebanyak 268,07 juta, maka total kebutuhan daging sapi diperkirakan sekitar 686.270 ton. Dengan produksi hanya 429.412 maka terdapat  kekurangan sebesar 256.858 ton, yang akan direncanakan untuk diimpor baik berupa sapi bakalan maupun daging. Untuk mengatasi impor tersebut diperlukan adanya upaya yang lebih intensif untuk mendongkrak peningkatan produksi dan produktivitas ternak khususnya untuk sapi potong di Indonesia.

Salah satu fungsi UTD.Ternak Ruminansia   berdasarkan  Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 103 Tahun 2017,   diantaranya  adalah,  pelaksanaan pusat pengembangan dan pembibitan ternak sapi, kerbau, kambing/domba untuk memperbaiki mutu genetik, peningkatan produktifitas ternak baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. Namun dalam mencapai hal tersebut  sering dihadapkan dengan berbagai permasalahan, seperti kekurangan ketersediaan pakan ternak, sarana dan prasarana pendukung dan  sistem pengelolaan ternak yang belum maksimal.  Untuk itu dirasa perlu untuk  mengkaji kembali semua permasalahan yang ada sehingga dapat disusun/direncanakan program dan kegiatan 5 tahun kedepan.

Tujuan

  1. Memberikan pemikiran tentang  rencana pengembangan sapi pada UPTD. Ternak Ruminansia dengan, mengkaji potensi sumber daya alam dan daya tampung lahan yang ada.
  2. Menyusun program, dan Kegiatan  pengembangan Ternak sapi di UPTD. TernakRuminansi.

Manfaat

  1. Sebagai pedoman bagi perumusan kebijakan dalam penyusunan program dan kegiatan    prioritas terkait dengan pengembangan sapi Potong.
  2. Sebagai bahan pedoman dan pertimbangan  dalam menyusun  kegiatan  pengembangan ternak Rumniansia pada Uptd  ternak  untuk tahun  2021-2024
  3. Sebagai bahan evaluasi pelaksanaan kegiatan pengembangan ternak  pada uptd. Ternak Ruminansia.

 

 

1. Isu strategis

Produksi dan produktivitas ternak sapi  masih  rendah, baik karena faktor genetik maupun lingkungan (terutama pakan dan teknik pemeliharaan).

 

  1. Perumusan masalah

a.  Kurang tersediaanya pakan ternak, baik kuantitas maupun kualitas yang disebabkan:

  1. Lahan sawit belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan untuk integrasi sapi sawit, karena masyarakat  meracun sekitar lahan sawit.
  2. Rumput potong yang sudah ditanami produksinya belum memenuhi kebutuhan ternak yang ada.
  3. Leguminosa belum maksimal dimanfaatkan untuk pakan ternak.
  4. Pakan konsentrat yang tersedia tidak mencukupi  sesuai kebutuhan  ternak yang  ada.

b.  Sarana dan Prasarana yang tersedia belum memenuhi kebutuhan

  1. Pagar keliling tidak memenuhi kebutuhan, sehingga ternak masih bisa keluar masuk pagar yang ada.
  2. Peddok belum memenuhi   kebutuhan,  sehingga belum saatnya dimanfaatkan ternak sudah dilepas disana.

 

 

Kondisi UPTD  Ternak Ruminansia

 

Dalam upaya mengembangkan usaha dan meningkatkan produktivitas sapi potong, maka perlu memperhatikan tiga hal utama yaitu tersedianya lahan, ternak (bibit), dan pakan (Soedrajat, 2000).

1. Lahan

Berdasarkan keputusan Gubernur Sumatera Barat Tahun 2006 Luas Areal eks. Area Development Project (ADP) Air Runding yang luasnya 2000 Ha,  diperuntukan untuk Dinas  Peternakan Provinsi Sumatera Barat adalah seluas 500 Ha, sedangkan yang 1000 ha adalah untuk masyarakat Kab. Pasaman Barat dan 500 ha lagi untuk Pemda Kab. Pasaman Barat.

Dari 500 ha lahan yang diperuntukan untuk Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat,  45 Ha  sudah dikelola dan dimanfaatkan  baik untuk   Pembangunan Sarana dan Prasarana, seperti kantor, gedung pertemuan, rumah karyawan, pabrik pakan,  jalan,  kandang ternak, gudang pakan,   lahan  hijauan pakan ternak  ( rumput  potong  dan leguminosa), padang padang pengembalaan dan lain-lain.

 

2. Pakan Hijauan

Pakan hijauan merupakan salah satu aspek penting dalam pemeliharaan ternak ruminansia,  selain berfungsi  untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok ternak ruminansia, juga merupakan sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Peningkatan produksi dan produktivitas ternak terutama ternak ruminansia,  seiring dengan peningkatan kualitas dan kuantitas pakan hijauan. Hal ini dikarenakan pakan hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia. pakan yang baik dan bermutu akan sangat menentukan keberhasilan usaha  sapi potong tersebut

Adapun lahan yang sudah dimanfaatkan mendukung ketersediaan pakan adalah sebagai  berikut :

a. Lahan yang sudah ditanami dengan pakan rumput  potong adalah seluas 2 ha

b. Luas lahan padang pengembalaan  20 ha

c. Luas pakan Indigovera 2,5 ha.

Namun kondisi sekarang produksinya tidak maksimal, sehingga  belum bisa diharapkan dapat memenuhi kebutuhan ternak yang ada sekarang secara kontinue  sepanjang tahun.

 

3. Jenis ternak, Populasi dan Sistem  Pemeliharaan Ternak

Jumlah ternak yang dipelihara pada UPTD Ternak Ruminansia adalah sebanyak 323 ekor, yang terdiri dari sapi bali sebanyak 257 ekor,  sapi pesisir  sebanyak 64 ekor dan  sapi simental sebanyak 2 ekor. Sapi bali  adalah  sapi yang populasi tertinggi yang ada sekarang.

Ada beberapa keunggulan pemeliharaan Sapi Bali, yaitu  dalam memanfaatkan hijauan pakan yang berserat tinggi, mempunyai daya adaptasi terhadap  iklim tropis, fertilitas tinggi (83%) dan persentase karkas lebih tinggi dibandingkan dengan sapi lainnya yaitu 56 % dengan kualitas karkas yang baik.

Sapi Pesisir merupakan sapi lokal asli dari Sumatera Barat yang berasal dari  Kab. Pesisir selatan, yang mempunyai tubuh kecil namun mempunyai karkas yang lebih tinggi dibandingkan sapi Ongole dan sapi Madura, disamping itu sapi pesisir juga mempunyai produktifitas yang tinggi dan tahan terhadap kualitas pakan yang jelek.

Pemeliharaan ternak sapi  pada UPTD Ternak Ruminansia  secara semi intensif yaitu   pada siang hari  ternak dilepas di padang penggembalaan dan pada malam hari dikandangkan, sehingga pemeliharaannya lebih mudah. Disamping itu sapi diberikan juga rumput potong  dan konsentrat.

Karena kondisi padang penggembalaan yang tidak dikelola dengan baik mempunyai kapasitas tampung rendah karena produksi dan mutu hijauan yang dihasilkan juga rendah, hal ini akan berdampak pada penampilan produksi dan reproduksi ternak.

 

 

4. Potensi  Pengembangan  Sumber Pakan   

Sebagaian besar lahan  pada UPTD. Ternak Ruminansia  ditanami masyarakat dengan sawit lebih kurang 300 ha. Direncanakan untuk pengembangan ternak kedepan dengan memanfaatkan kebun sawit dengan sistem integrasi sapi sawit. Sebagai sumber pakan  hijauan dapat diperoleh dari rumput hijauan  pada area perkebunan,  disamping dapat memanfaatkan produk sampingan seperti pelepah sawit, solid, dan bungkil sawit. Produk sampingan tersebut sangat bermanfaat karena tersedia sepanjang tahun tidak seperti hijauan yang menjadi sangat terbatas pada saat musim kemarau.

Namun kondisi sekarang masih ditemui kendala  dalam   memelihara ternak dibawah kebun sawit, karena masyaratakat sering melakukan penyemprotan dibawah kebun sawit, sementara rumput dibawah kebun sawit adalah sumber pakan hijauan yang akan dimanfaatkan sebagai pakan hijauan ternak. Hal ini  nanti dapat menyebabkan keracunan terhadap  ternak   yang memakannya.

 

 

Materi dan Metode

 

Materi yang  dibahas adalah mengkaji potensi sumber daya lahan menyangkut  faktor pendukung dalam rangka peningkatan produksi dan produktifitas ternak sapi di Uptd. Ternak ruminansia dan menganalisa semua permasalahan yang ada, sehingga dapat  disusun rencana program dan kegiatan untuk lima (5) tahun kedepan yaitu tahun 2021 sampai dengan 2014.

Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan kepala UPTD dan pejabat struktural  dan staf. Ternak ruminansia. Pengambilan data  sekunder  menyangkut dengan ketersediaan pakan ternak antara lain luas padang pengembalaan, luas lahan rumput potong dan leguminosa,  populasi ternak yang ada,  dan kondisinya sekarang serta sarana prasara yang mendukung pengembangan ternak.

Metode yang dipakai adalah dengan  metode survei dan mengamati lansung kelapangan potensi yang ada, kemudian mengidentifikasi  semua permasalahan  yang menyangkut dengan issu strategis,  mengolah data  sekunder luas lahan yang dikaitkan dengan ketersediaan pakan, daya tampung ternak  dan jumlah populasi ternak yang ada .  Mengkaji berapa kemampuan daya tampung ternak kondisi sekarang dan upaya apa yang akan dilakukan dengan pengembangan ternak selanjutnya.

 

 

Analisa dan Pembahasan

 

UPTD Ternak Ruminansia Air Runding, merupakan salah satu Uptd yang terletak di  Kabupaten Pasaman Barat yang merupakan Kabupaten terpilih sebagai daerah wilayah sumber bibit. Seiring dengan hal tersebut merujuk kepada salah satu fungsi dari uptd tersebuat, salah satu fungsi UTD.Ternak Ruminansia   berdasarkan  Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 103 Tahun 2017, diantaranya  adalah  pelaksanaan pusat pengembangan dan pembibitan ternak sapi, kerbau, kambing/domba untuk memperbaiki mutu genetik, peningkatan produktifitas ternak baik dari sisi kualitas maupun kuantitas.

Hal ini sebenarnya merupakan peluang bagi Sumatera Barat  dalam mewujudkan sebagai wilayah sumber bibit nantinya. Kita mempunyai kekuatan yang mendukung terwujudnya Sumatera Barat sebagai wilayah sumber bibit,  yaitu dengan penetapan  Kab. Pasaman Barat sebagai Kabupaten terpilih sebagai daerah wilayah sumber bibit sapi Bali, sebagaimana yang diatur dalam pedoman pelaksanaan pewilayahan sumber bibit Tahun 2015 Ditjen Peternakan dan kesehatan hewan.

Isu rendahnya  produksi dan produktivitas  sapi  pada UPTD Ternak Ruminansia setelah dilakukan identifikasi masalah,  maka penyebabnya adalah  kurangnya ketersediaan pakan ternak, baik kuantitas maupun kualitas. Sebagaimana kita ketahui bahwa ketersediaan makanan dalam usaha peternakan merupakan faktor penting,   kekurangan makanan menyebabkan  produksi ternak dan produktifitas ternak menurun, karena kekurangan makanan (energi)  akan   mempengaruhi prestasi reproduksi, menghambat pertumbuhan, menurunkan berat badan dan timbulnya gangguan reproduksi, seperti an estrus, terlambatnya dewasa kelamin,  rendahnya angka kebuntingan sehingga jarak beranak lebih panjang.

 

1. Sumber Pakan Ternak pada UPTD Ternak Ruminansia

Sumber pakan ternak pada Uptd adalah antara lain, dari lahan padang  pengembalaan, rumput potong, leguminosa, lahan sawit. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel.1.  Sumber  Ketersediaan Hijauan Pakan Ternak sapi  pada di Uptd . Ternak  Ruminansia Air Runding, kondisi September 2020

 

Kondisi Lahan Pakan HMT

No.

Jenis

   Luas (Ha)

 Kondisi baik (Ha)  

       Keterangan

1.

Padang Pengembalaan

  20

5

Produksi tidak maksimal

2.

Rumput Potong

   2

0,25

Dalam proses perawatan

3.

Leguminosa

   2, 5

 

Belum dimanfaatkan secara maksimal

4.

Lawah Sawit

  300

 

Belum dimanfaatkan sebagai sumber pakan

 

Dari tabel 1 diatas terlihat bahwa  luas padang pengembalaan adalah yang 20 ha,  namun hanya 5 ha yang dalam kondisi baik,  rumput potong dari  2 ha hanya 0,25 yang produksinya maksimal, tanaman leguminosa 2,5 ha belum dimanfaatkan secara maksimal, lahan sawit 300 ha belum lagi dimanfaatkan  sebagai pengembangan ternak dengan sitem integrasi.

Estimasi produksi hijauan di padang pengembalaan dihitung berdasarkan asumsi bahwa satu haktar ( 1 ha ) padang pengembalaan menghasilkan hijauan pakan sebesar 25.550 kg hijauan atau 25.55 ton hijauan per tahun ( Ditjen Peternakan, 1985), kalau padang pengembalaan luasnya 20 ha berarti produksi pakan hijauan  pertahun adalah sebanyak 511.000 kg.  Selanjutnya Menurut Wibisono, 2008, bahwa produksi rumput kinggras adalah 200 sd  250  kg per ha pertahun ( 40 kg per panen)  kalau rumput potong hanya  0.25 berati produksinya hanya lebih kurang 50 sd 63 kg per tahun.

Sementara kebutuhan pakan hijauan untuk sapi  adalah   10% dari berat badan sapi  yaitu berkisar antara 25 sd 35 kg/ekor/hari dan pakan konsentrat  yang diberikan sebanyak 1 – 2 % dari berat badan ternak atau sekitar 2 – 4 kg/ekor/hari .

Jumlah ternak  dewasa dan  muda yang ada sekarang adalah sebanyak 267 ekor    (228 ekor sapi bali, sapi pesisir 37 ekor dan sapi simental 2 ekor) yang membutuhkan hijauan pakan ternak sebanyak 25 sd 35 kg per hari maka jumlah pakan hijauan yang dibutuhkan untuk 1 tahun adalah sebanyak 2.436.375 sd 3.410.925 kg. Sementara produksi hijauan dari 20 ha Padang pengembalaan adalah sebanyak 511.000 kg ( 20 x 25.550 kg/ha/tahun) dan rumput potong adalah sebanyak 511.063 kg artinya  minus  sebanyak  1.925.312 sd 2.899.862 kg. Kalau menurut perhitungan ini hanya bisa menyediakan pakan untuk 40 sd 56 ekor ternak.  Perhitungan ini tidak jauh berbeda dari pendapat pendapat Susetyo (1980) yang menyatakan beberapa padang penggembalaan yang baik mempunyai kapasitas tampung 0,4 hektar untuk 1 ST atau satuan hektar lahan dapat menampung 2,5 ST/th, jadi kalau padang pengembalaan 20 ha berarti daya tampung ternak adalah sebanyak 50  ST.

Kondisi padang pengembalaan terlihat cendrung menurun produktivitasnya, hal ini tentu  akibat  kelebihan kapasitas  tampung/ over grazzing yang  akan berakibat buruk pada pastura, karena  rumput akan tumbuh secara lambat, sehingga kebutuhan pakan hijauan untuk ternak tidak dapat tercukupi. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut  perlu diperhitungkan kapasitas daya tampung serta diringi dengan upaya perbaikan  pengelolaan   dan  penambahan  perluasan areal padang pengembalaan,

Menurut (Brum et al., 2007) peningkatan kualitas padang penggembalaan dapat dilakukan dengan memberlakukan rotasi padang penggembalaan, introduksi spesies tumbuhan pakan ternak dan pemupukan dapat mempengaruhi perubahan komposisi vegetasi yang ada di padang penggembalaan.

 

2. Populasi Ternak

Populasi ternak pada uptd termnak ruminansia berjumlah sebanyak 323 ekor dengan jenis dan rincian sebagaimana pada Tabel 2.

 

 

 

 

 

Tabel 2. Jenis dan  Populasi  Ternak Sapi pada UPTD Ternak Ruminansi

 pada   bulan   September 2020

No

Populasi Sapi Potong

 

Jenis

                 Bali

                Pesisir

Simental

1.

 

 

Jumlah

Tidak layak

Layak

Jumlah

Tidak Layak

Layak

 

 

2.

Jantan

15

    6

  9

      1

 

      1

 

 

3.

Betina

  199

149

50

22

22

 

 

 

4.

Jantan muda

8

 

  8

  8

 

   8

1

 

5.

Betina dara

6

 

  6

 6

 

   6

1

 

6.

Anak jantan

13

 

13

 7

 

  7

 

 

7.

Anak betina

16

 

16

20

 

20

 

 

 

Total

  257

155

   102

    64

    22

   42

      2

 

                       

 

Dari Tabel 2. terlihat bahwa sapi bali  jumlahnya sebanyak 257 ekor,  dewasa  jumlah 214 ekor yang terdiri   induk  199 ekor, pejantan 15 ekor. Dari hasil penilaian terdapat 149 ekor induk tidak efisien lagi untuk di kembangkan, berarti hanya 50 ekor induk yang layak/efisien  untuk dikembangkan. Sapi jantan ada 6 ekor yang tidak layak lagi dipakai sebagai penjantan, jadi hanya 9 ekor yang baik untuk pejantan.  Jadi dari sapi bali hanya hanya ada 102 yang akan kita kembangkan.

Sapi pesisir berjumlah sebanyak 64 ekor,   Berdasarkan penilaian semua ternak induk  dikategorikan tidak produktif/tidak efisien lagi untuk dikembagkan.jadi yang  akan dikembangkan adalah sebanyak 42 ekor.

Total sapi sebanyak 323 ekor, sapi yang dianggap tidak produktif lagi untuk dipelihara adalah sebanyak 177 ekor, sementara  sapi yang masih produktif/ akan  dikembangkan adalah berjumlah sebayak 146 ekor.

 

3.  Rencana Kegiatan

Untuk peningkatan populasi, produksi dan produktifitas ternak ada beberapa Program dan Kegiatan yang akan diusulkan yaitu:

 

a. Potensi Pengembangan Ternak

Lahan sawit merupakan potensi  sumber pakan yang akan  dimanfaatkan untuk pengembangan ternak dengan sistem integrasi  seluas 300 ha,  dengan lahan yang tersedia dapat ditingkatkan populasi sapi  600 sd 900 ekor.  Hasil studi menunjukkan bahwa per ha kebun sawit dapat menyediakan pakan untuk 1-3 ekor sapi dewasa.  

 

Menurut Gusnar (2014) sistem integrasi ternak sapi dalam kebun kelapa sawit merupakan salah satu cara efektif meningkatkan produktivitas pangan berwujud nabati dan hewani. Manfaat langsung yang diperoleh petani dari mengintegrasikan sawit dengan sapi, yakni hijauan dan limbah tanaman sawit dapat dimanfaatkan untuk menambah kebutuhan pakan bagi sapi. Sedangkan kotoran hewan ternak itu dapat dijadikan kompos untuk meningkatkan kesuburan tanaman kelapa sawit.

 

 

 

b. Culling Ternak/Afkir

Ternak-ternak yang tidak efisien lagi untuk dikembangkan  berdasarkan  hasil penilaian dan catatan produksi sebaiknya di culling saja, agar dapat menghemat pemberian pakan ternak.

 

c. Sertifikasi Good farming Practices.

Dalam rangka meningkatkan daya saing, nilai tambah, produksi dan produktivitas serta mutu dan keamanan produksi yang dihasilkan terhadap perusahaan dan peternak yang telah menerapkan Pedoman Budidaya Ternak Yang Baik (Good Farming Practices) perlu diberikan sertifikat yang menerangkan kesesuaian manajemen pemeliharaan terhadap penerapan pedoman budidaya ternak yang baik(Good Farming Practices)

 

d. Uji Performan

Peningkatan produksi ternak sapi potong  dapat dilakukan melalui peningkatan jumlah dan perbaikan mutu bibit sapi potong. Salah satu upaya yang dilakukan dalam meningkatkan jumlah dan mutu ternak sapi potong yang unggul dan bermutu tinggi adalah dengan pelaksanaan Uji Performan untuk memilih ternak bibit sapi potong berdasarkan sifat kualitatif dan kuantitatif.  Dari hasil uji performan dapat diseleksi ternak-ternak yang akan dipersiapkan untuk pengganti induk dan pejantan.

 

e. Pengadaan/ perbaikan  sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pemeliharaan ternak, seperti pembatas peddok dibuat sedemikian rupa agar ternak tidak bisa keluar masuk pada peddok yang sedang  tahap pemeliharaan, sehingga produksi dapat maksimal.

 

f. Perluasan dan perbaikan tanaman rumput potong dan leguminosa  perlu dilakukan mengingat kebutuhan ternak yang selalu meningkat seiring dengan meningkatnya poulasi ternak.

Adapun usulan kegiatan dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4.

Tabel. 3. Rencana Program Pengembangan Ternak pada UPTD Ternak Ruminansia

Air Runding Tahun 2021-2025

 

Program Peningkatan produksi Ternak

 

Uraian Kegiatan

2021

2022

2023

2024

2025

A.

 

1.

2.

 

3

 

4.

5.

6.

7.

 

8.

 

9.

Peningkatan Sarana dan prasarana

Pemanfaatan Lahan sawit ( Integrasi )

Perluasan dan perawatan  Padang Pengembalaan

Penanamandan perawatan rumput potong dan leguminosa

Pemanfaatan  teknologi pakan ternak

Pembuatan dan perbaikan pembatas/pagar  dan peddok

Pengadaan pakan konsentrat

Pembuatan dan rehab kandang ternak.

Kerjasama pengadaan pakan hijauan ternak.

Seduan Ternak kep Kelompok sekitar lokasi ( sistim inti dan plasma) 

 

 

v

v

 

v

 

v

v

v

 

v

v

 

v

 

 

v

v

 

v

 

v

v

v

 

v

v

 

v

 

 

v

v

 

v

 

v

-

v

 

v

-

 

v

 

 

v

v

 

v

 

v

-

v

 

-

-

 

-

 

 

v

 

 

v

 

v

-

v

 

-

-

 

v

 

Tabel. 4. Rencana Program Pengembangan Ternak pada UPTD Ternak Ruminansia

Air Runding Tahun 2021-2025

 

Program Peningkatan produksi Ternak

 

Uraian kegiatan

2021

2022

2023

2024

2025

B.

 

1.

2.

 

3

4.

5.

 

Pengembangan dan peningkatan mutu ternak

Culling/afkir Ternak yang tidak produktif 

Sertifikasi Good Farming Practices (GFP)

Peningkatan populasi ternak

Pelaksanaan Uji Performance ternak.

Seleksi ternak pengganti 

 

 

 

v

v

-

 

 

 

 

-

v

v

v

 

 

v

-

v

v

 

 

 

 

-

-

v

v

 

 

v

-

-

 

 

Kesimpulan dan Saran

 

Penigkatan produksi dan produktifitas ternak berkorelasi dengan ketersediaan pakan ternak baik secara kuantitas maupun kualitas. Untuk menjamin ketersediaan pakan ternak sepanjang waktu, perlunya pengelolaan yang intensif  pada sumber-sumber  pakan hijauan ( padang pengembalaan, rumput potong, leguminosa dan lain-lain).

Sedangkan untuk menjamin ketersediaan ternak pengganti, diperlukan seleksi secara kontiniu terhadap calon induk dan pejantan yang memperlihatkan prestasi produksi terbaik. Selanjutnya untuk menghindari terjadinya inbreeding perlu dilakukan rotasi pejantan.  Terutama sekali perlu adanya komitmen bersama  dalam menjalan SOP dan dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaanya.

 

 

Daftar Pustaka.

 

Abidin, Z. 2002. Penggemukan Sapi potong. Agromedia Pustaka, Jakarta.

BPTU HPT, 2017. Tentang Rumput Raja (Kinggras) bptu-htpindrapuri.cm

BPP. Kecamatan Bilah Hilir. Labuhan Batu (Dikutip dari: Sumut/ANTARA/Online/15 Februari 2014.

Brum, M. D. S., Ferreira De Quadros, F. L., Martins, J. D., Bandi-nelli, D. G., Rossi, G. Rossi, G. E., Daniel, E.,  Aurelio, N. D. (2007). Vegetation dynamics of natural grassland under different management systems. Ciencia Rural, 37, 855–861.

Ditjen PKH, 2015,  Pedoman Pelaksanaan Pewilayahan sumber bibit.

E., Daniel, E.,  Aurelio, N. D. (2007). Vegetation dynamics of natural grassland under different management systems. Ciencia Rural, 37, 855–861.

Gusnar. 2014b. Produktivitas Integrasi Kelapa Sawit dan Sapi di Labuhan Batu. BPP. Kecamatan Bilah Hilir. Labuhan Batu(Dikutip dari: Sumut/ANTARA/Online/15 Februari 2014.

Rusfidra, 2007. Sapi pesisir, sapi asli di Indonesia di Sumatera Barat.

Saladin, R. 1983. Penampilan sifat-sifat produksi dan reproduksi sapi local pesisir selatan di provinsi sumatera barat. Disertasi .fakultas pascasarjana institute pertanian bogor.

Soedrajat,S. 2000. Potensi dan Prospek Bahan Pakan Lokal dalam Memgembangkan Industri Peternakan Di Indonesia. Buletin Peternakan.Edisi Tambahan: 11-15.