Drh. Betty Indah Purnama, MPH   22 Februari 2021

GAMBARAN KADAR FOSFOR DARAH DAN TOTAL PROTEIN PADA SAPI PEJANTAN


Pendahuluan

 

                                        Fosfor memiliki peran biokimia dan fisiologis yang sangat penting dan merupakan mineral terbanyak dalam tubuh setelah kalsium. Sekitar 80 – 85% terdapat dalam tulang dan 15 – 20% berada dalam jaringan lunak dan cairan (NRC 1989; Greisert et al., 2010). Konsentrasi fosfor  intraseluler sekitar 25 mmol / L (78 mg / dl) dan untuk sapi bobot sekitar 600 kg kandungan fosfor intraseluler adalah sekitar 155 g (Goff, 1998).

Dalam tulang P disimpan dalam bentuk Ca-hidroksi apatit Ca10(PO4)6(OH)2 dan berperan penting dalam proses mineralisasi tulang. Perubahan komposisi dan struktur tulang akibat kehilangan fosfor sama pentingnya dengan kekurangan kalsium. Fosfor juga merupakan komponen fosfolipid yang mempengaruhi permeabilitas sel, komponen penyusun myelin, metabolisme energi (adenosin trifosfat), bagian dari materi genetik, pengaturan asam basa dan aktivitas enzimatik (Ogren, 2013). Fosfor juga berperan penting dalam perkembangan dan metabolisme mikroorganisme dalam rumen (Alfaro et al., 1989). Konsentrasi normal fosfor dalam plasma darah berkisar 4.24 – 7.58 mg/dl atau 1,4 – 2,5 mmol/l (Hadzimusic and Krnic, 2014). Fosfor merupakan mineral yang berperan dalam perilaku seksual normal (Kumar, 2003). Kadar normal  fosfor darah dapat berkisar antara 4 sampai 8 mg/100 ml (Nugroho, 2009).

 

Total protein merupakan kumpulan unsur-unsur kimia darah di dalam plasma atau pun serum (Kaslow, 2010). Penting untuk mengetahui fraksi protein dalam tubuh meningkat atau menurun karena berhubungan dengan status kesehatan tubuh tersebut sehat atau sedang mengalami suatu penyakit(  Kaslow, 2010). Protein yang terlarut dalam darah disebut dengan protein darah. Pakan merupakan salah satu sumber protein darah. Tinggi rendahnya konsentrasi total protein dalam darah sangat tergantung pada asam amino yang terserap melalui dinding usus.

Radostits et al (2007) berpendapat bahwa nilai normal total protein plasma pada sapi potong adalah sebesar 5,7--8,1 g/dl. Total protein plasma darah dapat menggambarkan status gizi dari hewan dan pengukuran konsentrasi total protein dalam darah merupakan salah satu metode untuk mengevaluasi secara tidak langsung status kekebalan humoral seekor hewan neonates (Mee et al., 1996).

BPTSD Tuah Sakato belum memiliki data kadar fosfor dan nilai protein darah pada sapi jantan. Oleh sebab itu penelian ini perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status fosfor dan nilai protein dalam darah sapi jantan yang dipelihara di BPTSD Tuah Sakato. Manfaat penelitian ini dapat memberikan gambaran informasi tentang status mineral fosfor dan nilai protein dalam darah sapi jantan sehingga dapat dijadikan sebagai sumber informasi dalam pengembangan peternakan terutama komoditas ternak sapi di BPTSD Tuah Sakato.

 

 

Materi dan Metode Penelitian

 

Penelitian ini dilakukan dengan memeriksa sampel darah dari 30 ekor sapi di BPTSD Tuah Sakato Kabupaten Lima Puluh Kota.  Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2020. Sapi yang dipakai sebagai sampel adalah sapi berjenis kelamin jantan dengan tidak membedakan ras dan umur. Pengambilan sampel darah sapi dilakukan sekali sebanyak 10 ml melalui vena jugularis. Kemudian sampel darah dalam bentuk serum dianalisis untuk kadar fosfor darah dan nilai total protein menggunakan alat Spektrofotometer Microlab 300 di Laboratorium Kesehatan Hewan RSH Sumatera Barat. Data dianalisis secara deskriptif.

 

 

Hasil dan Pembahasan

 

            Gambaran kadar fosfor dan nilai protein darah pada sapi di BPTSD  Tuah Sakato ditabulasikan pada Tabel 1 menunjukkan sebanyak 4 ekor  sapi dari 30 sampel dengan kadar fosfor berada pada kisaran yang normal  (4.24- 7.58 mg/dl). Dua puluh enam dari  30 ekor sapi merupakan sapi yang berada pada kadar fosfor darah yang berada diatas normal.  Sedangkan untuk nilai total protein menunjukkan 20 ekor sapi berada dalam kisaran normal (5.7-8.1mg/dl) dan 3 ekor sapi berada dibawah standar serta 7 ekor sapi berada diatas standar

Dari hasil penelitian (Tabel 2) sebanyak 4 ekor sapi (13.33%)  berada dalam status normal. Sedangkan 26 ekor sapi  (86.67%) yang memilik status  fospor diatas standar.  Hal ini dapat disebabkan oleh kandungan fosfor yang berlebihan dalam bahan makanan. Menurut Usdiati  (1986) bahwa  fosfor yang berlebih dalam darah dapat memicu penurunan kalsium dalam darah. Nilai total protein sebanyak 3 ekor sapi (10%) berada dibawah standar normal dan sebanyak 6 ekor sapi (20 %) berada diatas normal.

 

 

 

 

Tabel 1. Gambaran Kadar Fosfor Darah dan Nilai Total Protein

pada Sapi Jantan BPTSD Tuah Sakato

No

Kode Sampel

Asal Hewan

Total Protein

(g/dl)

Phospor

( mg/dl)

 
 
 

1

SR  36

Sapi

5.92

13.83

 

2

SR  37

Sapi

6.13

8.75

 

3

SR  38

Sapi

7.66

15.22

 

4

SR  39

Sapi

6.93

11.68

 

5

SR  40

Sapi

9.77

9.80

 

6

SR  41

Sapi

9.16

9.40

 

7

SR  42

Sapi

7.05

12.34

 

8

SR  43

Sapi

9.79

11.13

 

9

SR  44

Sapi

6.71

9.93

 

10

SR  45

Sapi

5.62

8.32

 

11

SR  46

Sapi

6.61

12.15

 

12

SR  47

Sapi

8.38

10.83

 

13

SR  48

Sapi

7.68

10.03

 

14

SR  49

Sapi

8.85

11.31

 

15

SR  50

Sapi

6.76

14.59

 

16

SR  51

Sapi

5.01

12.57

 

17

SR  52

Sapi

6.18

12.33

 

18

SR  53

Sapi

6.54

5.80

 

19

SR  54

Sapi

6.56

4.74

 

20

SR  55

Sapi

5.92

17.88

 

21

SR  56

Sapi

7.16

5.09

 

22

SR  57

Sapi

8.57

16.41

 

23

SR  58

Sapi

6.48

9.96

 

24

SR  59

Sapi

6.65

8.68

 

25

SR  60

Sapi

9.32

10.73

 

26

SR  61

Sapi

5.74

7.82

 

27

SR  62

Sapi

6.91

7.87

 

28

SR  63

Sapi

6.36

5.52

 

29

SR  64

Sapi

4.77

9.99

 

30

SR  65

Sapi

6.34

12.50

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 2. Nilai Rata-Rata Kadar  Fospor  Darah dan Total Protein

 pada Sapi di UPTD BPTSD Tuah Sakato

 

Mean+SD/n=30

Min-Maks

Dibawah standar

Diatas standar

Standar  Normal (*)

 

Parameter

 

 

%

%

 

 

Total Protein (mg/dl)

7.05+ 1.34

4.77-9.79

3/10.00

6/ 20.00

5.70-8.10 (*)

Fospor (mg/dl)

10.57 + 3.20

4.74-17.88

0

26/86.67

4.24-7.58 (**)

 

 

 

 

 

 

 

                       

Standar normal: nilai rujukan yang digunakan (*Radostits et al., 2007 dan (**Hadzimusic and Krnic, 2014). 

 

Fosfor mempunyai peranan penting dalam beberapa proses faali tubuh. Fosfor adalah komponen utama ikatan energi tinggi yaitu ATP (Adenosin Tri Phosphate), merupakan komponen nukleoprotein, mengatur pH isi rumen dan sebagai sumber multiplikasi flora dan fauna rumen (Payne, 1987).

Kadar forfor yang meningkat dalam tubuh seringkali tidak menunjukkan gejala yang khas. Tanda dan gejala yang muncul justru berasal dari penyebab yang memicu terjadinya hiperfosfatemia atau jika sudah menimbulkan kerusakan organ tubuh. Keadaan ini berkaitan dengan asupan protein yang tinggi. Sehingga makanan yang kandungan proteinnya tinggi adalah sumber utama dari fosfor yang akan berdampak pada hiperfosfatemia (Anonimus, 2003). Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat pada pasien menemukan adanya hubungan antara asupan protein dengan kadar fosfor darah. Makanan dengan kandungan protein tinggi merupakan sumber utama dari fosfor. Diit tinggi protein bila diberikan pada pasien dapat mengakibatkan hiperfosfatemia karena adanya gangguan metabolisme mineral yang berhubungan dengan penurunan fungsi laju filtrasi glomerulus (LFG) ginjal (Shinaberger et al., 2008). Penelitian di Italia juga menemukan perbedaan asupan protein pada pasien dengan hiperfosfatemia yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang normal (Cupisti et al., 2004). Selain protein, peningkatan asupan fosfor juga dapat menyebabkan hiperfosfatemia (Noori et al., 2010).

Fosfor dianggap penting untuk mendukung kinerja organ tubuh dan menjaga kesehatan tubuh, namun ketika asupan yang didapat terlalu banyak, hal ini pun tidak akan baik. Sejumlah penyakit atau gangguan kesehatan lainnya dapat terjadi ketika kelebihan fosfor. Mengkonsumsi fosfor dalam jumlah yang tinggi bisa membahayakan tubuh, termasuk memicu menurunnya jumlah kalsium di dalam tubuh sehingga kesehatan tulang pun terganggu. Kadar fosfor dan kalsium yang tinggi juga dapat menyebabkan penumpukkan kalsium yang berbahaya di dalam pembuluh darah, paru-paru, mata dan hati. Membatasi jumlah fosfor dan kalsium sangat penting untuk kesehatan tubuh secara keseluruhan.Hasil penelitian pada pasien (orang) menunjukkan perlunya asupan antara fosfor - protein yang rendah (Kalantar et al., 2010). Konsumsi makanan dengan perbandingan fosfor dan protein rendah akan mengontrol serum fosfor darah.

Kadar fosfor yang tinggi pada penelitian ini belum menggambarkan asupan protein dan fospor yang tinggi. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang asupan protein dan fosfor dalam ransum sapi.

Penurunan kadar fosfor darah pada penelitian ini tidak ditemukan pada sapi jantan. Salah satu mineral yang penting dalam tubuh ternak adalah fosfor yang merupakan bagian dari mineral esensial elemen makro. Fosfor berfungsi dalam pembentukan tulang bersama kalsium, Sebagian besar fosfor berperan dalam proses metabolisme, seperti sintesis dan perombakan karbohidrat, protein dan asam-asam nukleat. Defisiensi fosfor menyebabkan tulang menjadi lunak dan malformasi serta keretakan tulang (fraktura).

             Peningkatan dan penurunan konsentrasi total protein dianggap suatu abnormalitas. Secara umum konsentrasi total protein meningkat sesuai dengan pertambahan umur hewan. Peningkatan konsentrasi protein total disebabkan oleh penurunan konsentrasi albumin dan peningkatan konsentrasi globulin secara progresif (Kaneko et al., 1997). Peningkatan dan penurunan konsenrasi protein total dipengaruhi oleh konsentrasi albumin dan globulin atau keduanya dalam sirkulasi darah (Lassen, 2004).

             Penurunan konsentrasi protein total disebabkan oleh malnutrisi dan malabsorbsi, penyakit hati, diare kronis maupun akut, terbakar, ketidakseimbangan hormon, penyakit ginjal (proteinuria), rendahnya konsentrasi albumin, rendahnya konsenrasi globulin dan kebuntingan (Keslow, 2010).  Karena sampel pada penelitian ini berasal dari sapi jantan maka penurunan nilai total proten  kemungkinan disebabkan oleh malnutrisi dan malabsorbsi, penyakit hati, diare kronis maupun akut, terbakar, ketidakseimbangan hormon, penyakit ginjal (proteinuria), rendahnya konsentrasi albumin, rendahnya konsenrasi globulin. Oleh sebab itu perlu adanya penelitian lanjutan.

 

 

Kesimpulan dan Saran

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan serum sapi menunjukkan nilai rata-rata kadar fosfor darah berada pada kisaran diatas normal dan total protein masih normal. Nilai kadar fosfor darah yang mengalami kenaikan terdeteksi 86.67%. Nilai total protein  sapi berada diatas normal 20% dan dibawah normal 10%.. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi untuk pengembangan peternakan di BPTSD Tuah Sakato.

 

Saran

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut pada sapi di UPTD BPTSD  Tuah Sakato untuk mengetahui penyebab dari antara lain peningkatan kadar fosfor darah dan hubungan dengan pengaruh pakan rumput alami, asupan protein, fosfor dan kalsium yang diberikan dalam ransum, musim, jenis kelamin dan lainnya. Begitu juga dengan penelitian penyebab peningkatan dan penurunan nilai total protein pada sapi.

 

 

Daftar Pustaka

 

Alfaro, E., Neathery, M.W., Miller, W.J., Crowe, C. T., Gentry, R.P., Fielding, A.S., Pugh, D. G. and Blackmon, D.M. 1989. Influence of a wider range of calcium intakes on tissue distribution of macroelements and microelements in dairy calves. Journal of Dairy Science 71 : 1295-1300.

Anonimus. 2003. Renal Data System. USRDS  annual data report: atlas of end-stage renal disease in the United States. Bethesda, MD: National Institutes of Health, National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases

Cupisti A, D’Alessandro C, Baldi R, Barsotti G. 2004. Dietary habits and counseling focused on phosphate intake in hemodialysis patients with hyperphosphatemia. J Ren Nutr ;14(4):220-5.

Goff, J. P. (1998). Phosphorus deficiency. in Current Veterinary Therapy 4: Food Animal Practice. J. L. Howard, and R. A. Smith, eds. Philadelphia: W. B. Saunders, Co.: 218– 220.

Greisert, B.G., Erickson, G.E., Klopfeinstein, T.J., Macken, C.N., Luebbe, M.K. and McDonald, J.C. (2010). Phosporous Requirement and Excretion of Finishing Beef Cattle Feed Different Concentrations of Phosporous. J. Anim. Sci. 88 : 2393 – 2402.

Hadzimusic, N dan Krnic, J. 2012. Values of Calcium, Phosphorus and Magnesium Concentration in Blood Plasma in Dependences on The Reproductive Cycles and Season. J. Fac. Vet. Med. Instanbul Univ. 38(1) : 1-8.

Kalantar-Zadeh K, Gutekunst L, Mehrotra R, Kovesdy CP, Bross R, Shinaberger CS, Noori N, Hirschberg R, Benner D, Nissenson AR, Kopple JD. 2010. Understanding sources of dietary phosphorus in the treatment of patients with chronic kidney disease. Clin J Am Soc Nephrol ;5(3):519-30.

Kaneko J.J. 1997. Serum proteins and the dysproteinemias. Didalam Kaneko JJ, JW. Harvey, ML Bruss, editor. Clinical Biochemistry of Domestic Animals. Edisi 5. Academic press. London, New York, Tokyo.

Kaslow, JE. 2010. Analysis of Serum Protein. Santa Ana (US): 720 North Tustin Avenue Suite 104

Kumar, S. 2003. Management of infertility due to mineral deficiency in dairy animals. In: Proceedings of ICAR summer school on “Advance diagnostic techniques and therapeutic approaches to metabolic and deficiency diseases in dairy animals”. Held at IVRI, Izatnagar, UP (15th July to 4th Aug.). : 128-137.

Lassen ED. 2004. Laboratory evaluation of plasma for the modern transition dairy cow. The Mild-South Ruminant Nutrition Conference. Texas Agrilife Extension Service, Texas.

Mee, JF, K. J. O’Farrel, P. Reitsma, and R. Mehra. 1996. Effect of a whey protein concentrate used as a colostrums substitute or supplement on calf immunity, weight gain, and health. J. Dairy Sci. 79: 886--894

Noori N, Kalantar-Zadeh K, Kovesdy CP, Bross R, Benner D, Kopple JD. 2010. Association of dietary phosphorus intake and phosphorus to protein ratio with mortality in hemodialysis patients. Clin J Am Soc Nephrol ;5(4):683-92.

Nugroho. 1986. Penyakit Kekurangan Mineral. Semarang, Ekaoffset.

Ogren, G. 2013. Phosphorus to Horses and Cows. Department of Animal Nutrition and Management Swedish University of Agricultural Science. Uppsala. : 10 – 22.

Payne JM, Payne S. 1987. The Metabolic Profile Test. New York (US): Oxford University Press, Oxford.

Radostits, OM, C. C. Gay, K. W. Hinchcliff, and P. Constable. 2007. Veterinary Medicine: A textbook of the iseases of cattle, sheep, pigs, goats, and horses. Edisi 10, Elsevier Health Sciences, Philaelphia, PA. USA

Shinaberger CS, Greenland S, Kopple JD, Wyck DV, Mehrotra R, Kovesdy CP, Kalantar-Zadeh K. 2008. Is controlling phosphorus by decreasing dietary protein intake benefi cial or harmful in persons with chronic kidney disease. Am J Clin Nutr ;88(6):1511-8.

Usdiati, T. 1986. Defisiensi Kalsium dan Fosfor pada Sapi. Skripsi. IPB. Bogor.