Drh. Lora Meriza 18 Februari 2021
Pendahuluan
Produk hasil peternakan yang mengandung cemaran residu bahan kimia toksik aeperti mikotoksin, pestisida, obat hewan, dan hormon dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan konsumen. Salah satu residu yang membahayakan manusia adalah hormon trenbolon asetat (TBA). Trenbolon asetat merupakan hormon penggertak pertumbuhan (HGP) pada ternak sapi yang berupa steroid sintetis yang bersifat androgenik. Penggunaannya pada ternak sapi dengan cara mengimplantasi TBA secara subkutan pada daun telinga ternak selama ± 60 hari sebelum ternak tersebut dipotong (Widiastuti et al., 2001). Hormon TBA tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan bobot badan sebanyak 10% dan menurunkan konversi kebutuhan pakan dari 11% menjadi 9%. Menurut Widiastuti et al. (2001), penggunaan dan peredaran hormon tersebut masih dilarang di Indonesia. Hal lain yang mendukung pelarangan tersebut adalah tidak memadainya tingkat pendidikan dan pengetahuan serta kesadaran peternak yang menggunakan HGP untuk ditaatinya ketentuan waktu henti sebelum ternak dipotong (Akoso, 2001).
Laboratorium Kesmavet UPTD Pengujian Mutu Produk Peternakan (PMPP) Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat telah melakukan deteksi hormone trenbolone pada daging sapi yang dipotong di Rumah Potong Hewan (RPH) dan penjual daging sapi di pasar tradisional. Pengujian ini rutin dilakukan setiap tahunnya terkait kegiatan pengawasan terhadap bahan pangan asal hewan. Berikut adalah salah satu contoh deteksi hormone trenbolone dimana sampel daging diambil pada tanggal 8 Agustus 2019 di Kabupaten Pasaman (6 daging di RPH, 4 daging di pasar tradisional).
Materi dan Metode
Bahan
Sample diambil sebanyak 2 gr setelah preparasi dari masing-masing sampel daging sapi. Sampel disimpan dalam keadaan cool box sebelum dilakukan pengujian.
Preparasi Reagen
(10ml methanol 100% dilarutkan dengan aquades sampai 100 ml)
(80 ml methanol 100% dilarutkan dengan aquades sampai 100 ml)
(0.55 g NaH2PO4.H2O + 2.85 g Na2HPO4.2H2O + 9 gr NaCl dilarutkan dengan aquades sanpai 1L)
(1.8 g NaH2PO4.H2O + 9.61 g Na2HPO4.2H2O + 9 gr NaCl dilarutkan dengan aquades sampai 1 L)
Ekstraksi Sampel
Lapisan lemak daging dibuang kemudian dihaluskan Homogenkan 10 g sampel dengan 10 ml 67 mM PBS buffer dalam tabung sentrifus 50 ml, kocok selama 5 menit 2 g sampel yg sudah dihomogenkan dicampur dengan 5 ml tertbuthylmethylether dalam tabung sentrifus 15 ml, kemudian kocok selama 30-60 menit. Sentrifus selama 10 menit supernatant dipindahkan ke dalam tabung sentrifus baru Ulangi lagi prosedur ekstraksi dengan 5 ml tertbuthylmethylether kemudian dikocok kencang selama 30-60 menit kemudian disentrifus gabungkan hasil supernatant kemudian evaporasi lapisan ether dengan N-evaporator sampai kering kemudian dilarutkan dengan 1 ml methanol 80 % encerkan larutan methanol dengan 2 ml PBS buffer 20 mM hasil ekstraksi dapat disimpan pada suhu 2-8°C selama 2 hari dan berminggu-minggu pada -20°C
Purufikasi Sampel dengan C18
Bilas kolom dengan 3 ml methanol 100%, laju alir : 1 tetes per detik bilas kembali dengan 2 ml PBS buffer 20 mM (jangan sampai kolom kering) lewatkan seluruh sampel sebanyak 3 ml ke dalam kolom bilas kolom dengan 2 ml methanol 10% pastikan semua cairan di dalam kolom terbuang dengan menggunakan syringe atau dengan N2 Elusikan perlahan dengan 1 ml methanol 80%, laju alir : 1 tetes per 4 detik atau 15 tetes per menit encerkan hasil elusi dengan 1 ml aquades hasil purifikasi dapat disimpan pada suhu 2-8°C selama 2 minggu dan selama berbulan-bulan -20°C.
Preparasi Europroxima Reagen
Encerkan rinsing buffer sebelum digunakan, kondisi fresh Ex : 2 ml rinsing buffer+ 38 ml aquades
Masukkan 4 ml dilution buffer ke dalam vial conjugate solution, kemudian di mix
Masukkan 4 ml dilution buffer ke dalam vial antibody solution, kemudian di mix
Setelah digunakan semua reagen disimpan pada suhu 2-8°C
a b
Gambar 1. Europroxima trenbolone (a), Rida C18 Column (b)
Prosedur pengujian
Seluruh Reagen disiapkan siapkan well pipet 100µl zero standar (blank), 50µl zero standar (Bmax) dan 50 µl standar 1-6 *duplo pipet 50 µl sampel ke dalam well *duplo pipet 25 µl conjugate solution ke dalam masing-masing kecuali Blank pipet 25 µl antybodi solution ke dalam masing-masing well *kecuali blank shake plate selama 10 detik inkubasi selama 1 jampada suhu ruang Buang larutan dalam micropipet plate, kemudian
pipet 300 µl rinsing buffer ke dalam masing masing well.ulangi pencucian 2x pipet 100 µl
substrate solution ke dalam masing-masing well inkubasi selama 30 menit pipet 100µl
stop solution ke dalam masing-masing well segera baca nilai absorbansi dengan ELISA
areader, 450 nm Analisa dengan simplefit dan masukkan angka 2 sebagai multiply factor
Hasil dan Pembahasan
Hasil pemeriksaan hormon Trenbolon dapat dilihat pada Tabel 1.
No |
Kode Sampel |
Jenis Sampel |
Hormon |
|
Nilai |
BMR |
|||
1 |
DSS 30 |
Daging sapi segar |
1.072 |
<2 |
2 |
DSS 31 |
Daging sapi segar |
1.018 |
<2 |
3 |
DSS 32 |
Daging sapi segar |
0.864 |
<2 |
4 |
DSS 33 |
Daging sapi segar |
1.002 |
<2 |
5 |
DSS 34 |
Daging sapi segar |
1.116 |
<2 |
6 |
DSS 35 |
Daging sapi segar |
1.116 |
<2 |
7 |
DSS 36 |
Daging sapi segar |
1.088 |
<2 |
8 |
DSS 37 |
Daging sapi segar |
1.033 |
<2 |
9 |
DSS 38 |
Daging sapi segar |
0.880 |
<2 |
10 |
DSS 39 |
Daging sapi segar |
1.002 |
<2 |
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Hormon Trenbolon Pada daging Sapi
Dari hasil Uji trenbolon didapatkan semua nilai BMR sampel daging segar < 2 ppb . Hal ini berarti penggunaan TBA sudah memperhatikan withdrawal time yaitu 60-70 hari setelah implantasi. Menurut Standar Codex untuk obat hewan atau hormon umumnya mengacu pada persyaratan acceptable daily intake (ADI) dan atau maximum residue limit (MRL). Standar Codex menetapkan bahwa ADI trenbolon asetat adalah 0-0,02 µg/kg berat badan dan MRL trenbolon pada daging sapi dan hati sapi masing-masing 2 µg/kg (2 ppb) dan 10 µg/kg (10 ppb) (CAC, 2012). Batas maksimum residu TBA pada daging, hati maupun pada urin di Indonesia sampai saat ini belum ditetapkan dalam SNI (Standar Nasional Indonesia). Efek samping dari residu TBA dalam konsentrasi tinggi (diatas 2 ppb) sangat merugikan bagi kesehatan masyarakat antara lain peningkatan sel kanker, penurunan fertilitas, reaksi hipersensitif, gangguan kardiovaskuler, ganguan fungsi hati, penurunan produksi testosteron, spermatogenesis, oligospermia, serta atrofi testis (Bahrke & Yesalis, 2004; Maravelias et al., 2005). Monitoring rutin terhadap adanya residu TBA sebagai salah satu kontrol dalam keamanan pangan sangat diperlukan.
Daftar Pustaka
Akoso BT. 2001. Kebijakan teknis dalam penggunaan obat hewan sebagai pemacu pertumbuhan hewan pangan. Seminar Nasional ASOHI Penggunaan Pemacu Pertumbuhan pada Ternak secara Aman dan Efektif.
Bahrke MS, Yesalis CE. 2004. Abuse of anabolic androgenic steroids and related substances in sports and exercise. Current Opinion in Pharmacology 4: 614-620.
Maravelias C, Dona, A, Stefanidou M, Spiliopoulou. 2005. Adverse effect of anabolic steroids in athlete a constant threat. Toxicology Letter 158: 167-175.
Widiastuti R, Murdiati TB,Yuningsih. 2000. Residu hormon 17β trenbolon pada daging dan hati sapi impor yang beredar di DKI Jakarta. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Balai Penelitian Veteriner. p578-581.